لا إله إلا الله : Makna dan Konsekwensinya

Senin, 17 Agustus 2009      0 Aqwaal

Ust. Masruhin Sahl Musthofa

Betapa indahnya Alloh Ta’ala memberikan permisalan terhadap kalimat ini, menggetarkan qolbu orang-orang yang ada cahaya iman didadanya. Alloh Ta’ala berfirman :

ألَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلَمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا ِفي السَّمَاءِ. تُؤْتِيْ أُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ بِإذْنِ َربِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ. (إبراهيم : 24-25)

"Tdakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat permisalan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabangnya menjulang kelangit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabb-Nya. Dan Alloh membuat permisalan-permisalan itu bagi manusia agar mereka selalu mengingat." (QS. Ibrahim : 24-25)

Ibnu Katsir dan yang lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat yang baik diantaranya Kalimat Tauhid لا إله إلا الله.

Para Sahabat Nabi ketika mereka mengucapkan kalimat ini bergetar jiwa mereka sehingga tergeraklah kesadarannya (atau inspirasi) mereka untuk lebih tunduk dan khusyu' terhadap kalimat ini. Sekeras apapun watak sahabat, ketika cahaya iman sudah masuk dalam lubuk hati mereka, akan leleh dan lunak kekakuan hati mereka.

Pancaran keagungan dari kalimat ini betul-betul nampak dalam mengubah perilaku mereka yang kasar dan kejam.

Ketika zaman sudah jauh dari kenabian, kebesaran cahaya kalimat ini seakan meredup dan memudar. Kalimat ini seolah-olah hanya merupakan hiasan di bibir saja, pengaruh yang demikian besar yang nampak pada zaman sahabat Nabi seolah tidak ada lagi.

Alangkah baiknya kita simak tulisan pada edisi kali ini untuk lebih menambahkan kemantapan iman kita terhadap kalimat ini.

Makna kalimat لا إله إلا الله.

Telah terjadi kesalahan dalam pengartian kalimat ini di masyarakat. Karena Kesalahan ini mengakibatkan kesalahan pemahaman dan konsekwensi terhadap kalimat لا إله إلا الله. Diantara mereka ada yang mengartikan kalimat لا إله إلا الله dengan "Tiada Tuhan selain Alloh", bahkan ada yang lebih ekstrim lagi dalam mengartikan kalimat ini seperti yang dipelopori oleh kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan mengatakan "Tiada Tuhan selain Tuhan" atau "Tiada Tuhan yang Kecil selain Tuhan yang Besar".

Mereka memahami bahwa kalimat Tauhid لا إله إلا الله semata-mata hanya mengakui Tauhid Rububiyah yakni hanya mengakui bahwasanya Alloh-lah satu-satunya Pencipta dan Pengatur Alam ini. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang batil, sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari Islam ini seperti Ahli Kalam dan orang-orang Sufi. Mereka menyangka bahwa dengan meyakini keyakinan sepeti ini berarti telah meyakini tauhid لا إله إلا الله dengan sebenar-benarnya. Bahkan mereka telah menulis sekian banyak tulisan dan karya mereka untuk membela kebatilan ini. Dari kesalahan ini muncullah kebatilan peribadatan yang lain, diantara mereka ada yang datang kekuburan orang -orang Sholeh, Nabi dan wali-wali untuk meminta syafa'at atau meminta-minta berkah kepada jin, pohon, syaithon, Nyi Roro Kidul dan lain sebagainya dengan meyakini bahwa perbuatan ini tidaklah mengeluarkannya dari kalimat Tauhid لا إله إلا الله selama mereka masih mengakui bahwa Alloh-lah satu-satunya Pencipta dan Pengatur Alam ini.

Dan Rasullah r memerangi orang-orang musyrikin Qurays yang meyakini dan memahami bahwa Alloh satu-satunya Pencipta dan Pengatur dan Pemberi rizki. Alloh I menyebutkan tentang perkataaan mereka : " Katakanlah (Ya Muhammad): "Milik siapakah bumi ini, dan semua yang pada padanya ini, jika kalian orang-orang yang mengetahui." Mereka (Musyrikin Qurays) akan menjawab :" Milik Alloh". Katakan

lah :"Maka apakah kalian tidak ingat ?". Katakanlah :" Siapakah Tuhan langit yang tujuh dan Tuhan 'Arsy yang agung ?" Mereka akan menjawab :" Milik Alloh". Katakanlah:"Maka apakah kalian tidak takut ?". Katakanlah : " Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu dan Dialah yang melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab-Nya), jika kalian mengetahui?". Mereka akan menjawab : " Milik Alloh". Katankanlah : (Kalau demikian) "Maka dari arah manakah kalian tertipu ?" ( Surat Al-Mu'minun : 84-88 ).

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mereka dikafirkan oleh Alloh I dan diperangi oleh Rasulullah r walaupun mereka mengakui Alloh I sabagai Tuhan mereka, namun mereka tidak meninggalkan peribadatan terhadap Nabi Uzair u atau Nabi Isa u. Alloh I berfirman : " Sesungguhnya orang-orang kafir dari Ahlu Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang Musyrikin (yang menyekutukan Alloh) di dalam neraka Jahanam kekal di dalamnya, Mereka itu sejahat-jahat manusia".

(Surat Al-Bayyinah : 9)

Arti yang benar dari kalimat Tauhid لا إله إلا الله secara kalimat ialah :

-(لاَ : ناَفِيَةٌ لِلْجِنْسِ) ialah kalimat penafikan (peniadaan) suatu jenis

- (الإلَهَ :مَأْلُوْهُ مَعْبُوْدُ) ialah sesuatu yang ditunduki dan diibadahi

- (إِلاَّ : أَدََاةُ اْلإِسْتِثْنَاءِ) ialah kalimat untuk menunjukkan pengecualian (dari kalimat sebelumnya)

- (الله :اِسْمُ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ الْحُسْنَى) ialah nama zat Alloh di antara nama-nama Alloh yang baik

Dengan demikian makna kalimat Tauhid لا إله إلا الله yang benar ialah لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلاَّ الله, Tidak ada sesembahan yang hak (untuk diibadahi) selain Alloh. Dan Seorang yang telah melafadzkan kalimat ini harus menafikan (meniadakan) seluruh bentuk pengabdian ibadah dan ketundukkan kepada selain Alloh I dan menetapkan (meyakininya) hanya semata kepada Alloh I saja.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang makna kalimat ini :

Tidak ada kebahagiaan bagi hati, tidak pula kelezatan yang sempurna kecuali dalam kecintaan kepada Alloh I, bertaqarrub kepada-Nya dengan apa yang dicintainya. Tidak akan kokoh kecintaan Kepada Alloh I tanpa berpaling dari kecintaan terhadap selain Alloh. Inilah hakekat kalimat لا إله إلا الله. Diatas pemahaman seperti inilah agama Ibrahim u Kholilullah dan seluruh para nabi dan rosul u ditegakkan.

Dari kalimat ini muncul wala' (loyalitas) dan bara' (permusuhan), dan muncul pula penolakan dan pengikraran.

Tidak setiap orang yang mengakui Alloh sebagai Rabb (Tuhan) dan Pencipta segala sesuatu pasti hanya beribadah kepadanya semata, atau hanya berdo'a kepada-Nya semata, hanya bertawakkal kepada-Nya semata, serta bermusuhan dan mencintai semata karena Alloh, taat dan tunduk kepada Rasul-Nya. Betapa banyaknya orang yang mengakui seperti ini akan tetapi mereka beribadah kepada selain Alloh juga. Bahkan Iblis yang dilaknat oleh Alloh karena pembangkangannya terhadap perintah Alloh I untuk bersujud kepada Adam u yang merupakan perintah ibadah juga mengakui Alloh sebagai Rabb (Pencipta)-nya. Alloh I mengungkapkan perkataan Iblis dengan firmannya : "Berkata Iblis : "Ya Rabb-ku (Wahai Tuhanku) maka berilah aku tangguh sampai waktu mereka dibangkitkan (hari kiamat").(Surat Shaad : 79)

Sudah dimaklumi bahwa semua bentuk peribadatan kepada selain Alloh, baik itu Wali, Nabi, pohon, Matahari, jin dan lain sebagainya merupakan kesyirikan yang nyata. Orang yang melakukan peribadatan seperti itu diancam oleh Alloh dengan neraka Jahanam dalam keadaan kekal di dalamnya. Dosanya tidak akan diampuni oleh Alloh I, dan firman-Nya " Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni (dosa) jika Alloh disekutukan dengan sesuatu dan Dia mengampuni (dosa) apa-apa yang selain itu (kesyirikan) bagi siapa saja yang Dia kehendaki." (Surat An-Nisa' : 48)

Konsekwensi kalimat لا إله إلا الله

Alloh I telah menetapkan dalam Al-Qur'an bahwa Dia tidak akan membiarkan orang sekedar mengucapkan kami beriman kepada Alloh atau kami telah mengucapkan dan meyakini kalimat Tauhid لا إله إلا الله, sementara itu mereka tidak diuji lagi. Firman-Nya : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : "Kami telah beriman ", sedang mereka tidak diuji lagi ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Surat Al-Ankabut : 2-3). Diantara konsekwensi yang harus kita hadapi dari kalimat Tauhid لا إله إلا الله ini ialah kesiapan kita untuk menerima ujian yang datang dari Alloh I untuk membedakan kesungguhan keimanan kita dan kemantapan kita diatas landasaaan kalimat ini.

Betapa banyaknya Rasulullah r dan para sahabatnya menerima ujian dari Alloh I ketika mereka telah beriman kepada kalimat Tauhid لا إله إلا الله. Diantara mereka ada yang dibunuh, atau disiksa dengan siksaan yang begitu bengis dan kejam, atau ada yang dipenjara dan diteror dengan sekian macam teror. Begitu beratnya ujian yang datang kepada mereka sampai ada diantara mereka yang berkata : "Ya Rasulullah sampai kapan datangnya pertolongan Alloh akan tiba". Namun mereka tetap sabar dan istiqomah dalam imannya. Dan mereka tahu bahwa setelah melafadzkan kalimat Tauhid لا إله إلا الله mereka harus wala' (loyal) terhadap Alloh I, Agamanya, Kitabnya, dan Sunnah Nabi-Nya serta semua hamba-hamba-Nya yang Sholih. Dan harus menyatakan bara' (perlepasan diri) dari semua bentuk Thoghut yang diibadahi dan ditunduki dari selain Alloh.

Berkata Syaikhul Imam Muhammad bin AbdulWahhab mengomentari tentang konsekwensi kalimat Tauhid لا إله إلا الله:

" Ketahuilah bahwa manusia tidak akan menjadi mu'min kepada Alloh sebelum dia mengingkari peribadatan terhadap Thoghut. Dan kalimat Tauhid لا إله إلا الله merupakan wala' (loyalitas) terhadap syari'at Alloh. Firman Alloh : " Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kamu dari Rabb-mu dan janganlah mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya, Amat sedikit kamu mengambil pelajaran (darinya)". (Surat Al-A'raf : 3). Dan kalimat ini mengharuskan bara' (pembersihan diri) dari hukum jahiliyah dan semua agama selain agama Islam. Firman Alloh : "Dan Barangsiapa yang mengambil selain Islam sebagai agamanya maka tidak akan diterima amal darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (Surat Ali Imron : 85)

Setelah itu orang yang mengikrarkan kalimat Tauhid لا إله إلا الله dia harus meniadakan dan menetapkan empat hal. Di antara empat hal yang harus ditolak dan dinafikan/ditiadakan ialah :

1. Semua Ilah (الآلهة) (Sesembahan) yang dia inginkan untuk memberi manfaat dan menolak madhorot (bahaya) darinya

2. Semua bentuk Thoghut (الطواغيت) yang diibadahi dan dia senang atau dijadikan peribadatan (kepada selain Alah)

3. Semua bentuk Tandingan (الأنداد) yaitu tandingan selain Alloh yang disekutukan dengan Alloh yang memalingkan dia dari agama Islam seperti istri, rumah, keluarga atau harta yang bisa memalingkan dia dari beribadah kepada Alloh semata.

4. Semua bentuk ketaatan (الأرباب) yang memalingkannya dari al-Haq (agama Islam) dan mentaatinya.

Sedangkan empat hal yang harus dia tetapkan setelah melafadzkan kalimat Tauhid

لا إله إلا الله ialah :

1. Tujuan (القصد) yaitu menjadikan seluruh arah tujuan (hidupnya) hanya untuk mengabdi kepada Alloh I

2. Pengagungan (التعظيم) dan Kecintaan (المحبة) yaitu hanya mengagungkan kepada Alloh I dan mencintai-Nya serta semua yang disyariatkan-Nya.

3. Pengharapan (الرجاء) dan Ketakutan (الخوف) yaitu hanya mengharapkan keridhoan Alloh I dan selalu khawatir atas datangnya adzab Alloh

4. Bertakwa (التقوى) yaitu selalu khawatir akan murkanya Alloh dan adzabnya dengan meninggalkan segala bentuk kesyirikan dan mengikhlaskan seluruh pengabdian ibadah hanya kepada Alloh I.

Maraji' :

1. Tafsir Ibnu Katsir

2. Terjemah Al-Qur'an, cetakan Saudi

3. Kitab Qoul al-Mufid oleh Syaikh Ibnu Utsaimin

4. Kitab Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid oleh Syaikh Abdurrohman Alu Syaikh

5. Kitab Al-Wala' wal- Bara' oleh Syaikh Muhammad bin Sa'id Al-Qohthony


0 Aqwaal: